Tragedi Kembali Terjadi di Dunia Pendidikan: Siswa MTs di Blitar Meninggal Setelah Dilempar Kayu Berpaku oleh Gurunya

Reporter : Sunyoto
Siswa MTs Plys Al Mahmud Desa Bacem, Kec Ponggok, Blitar saat bermain pada saat jam istirahat.

KABUPATEN BLITAR | B-news.id -  Tragedi kekerasan di dunia pendidikan kembali mencuat ke permukaan, kali ini terjadi di lingkungan Madrasah Tsanawiyah (MTs) Plus Al Mahmud, Desa Bacem, Kecamatan Ponggok, Kabupaten Blitar.

Seorang siswa berinisial K (14), warga Desa Dadaplangu, harus meregang nyawa setelah diduga dilempar dengan bilah kayu berpaku oleh gurunya yang berinisial U.

Baca juga: Nasib Tragis Muhamad Ali Maksum, Tewas Terkena Peluru Nyasar Saat Berburu di Blitar

Kejadian tragis ini menghebohkan masyarakat Blitar dan menjadi sorotan tajam, terutama karena U merupakan seorang tenaga pengajar sekaligus kerabat pemilik yayasan sekolah tersebut.

Peristiwa tersebut dilaporkan terjadi sekitar seminggu yang lalu. Menurut sejumlah saksi mata dan tenaga pengajar lainnya di sekolah itu, kejadian bermula ketika sang guru mendapati beberapa siswa, termasuk K, masih bermain bulutangkis di lapangan sekolah saat memasuki waktu Sholat Dhuha.

Tindakan ini diduga memicu emosi U, yang kemudian mengambil sebilah kayu berpaku dan melemparkannya ke arah siswa-siswa tersebut.

Berdasarkan kesaksian salah satu guru yang enggan disebutkan namanya, U sebenarnya berniat melempar kayu tersebut ke tanah sebagai peringatan agar para siswa bubar. Namun, lemparan itu justru mengenai bagian belakang kepala K, menyebabkan paku pada kayu tersebut menancap di kepalanya.

"Saat masuk waktu Dhuha, anak-anak masih bermain bulutangkis. Mungkin karena emosi, beliau (U) bermaksud melempar kayu ke tanah agar anak-anak bubar. Namun, sayangnya kayu tersebut malah mengenai kepala salah satu siswa," jelas guru tersebut.

Akibat dari lemparan tersebut, K langsung tak sadarkan diri di tempat kejadian. "Paku pada bilah kayu itu mengenai bagian belakang kepalanya. Anak itu langsung pingsan dan tidak sadarkan diri," tambahnya.

Setelah kejadian, korban segera dilarikan ke RSUD Srengat untuk mendapatkan perawatan medis. Namun, upaya penyelamatan nyawa K ternyata tidak berjalan sesuai harapan.

Menurut pihak yang mengantar korban ke rumah sakit, pelayanan di RSUD Srengat dinilai sangat lambat, yang membuat kondisi K semakin memburuk. Korban akhirnya dirujuk ke RSUD Kabupaten Kediri setelah kondisi kritisnya tidak dapat ditangani dengan cepat di RSUD Srengat.

Baca juga: Pedagang Kios Pasar Srengat Keluhkan Sepinya Pembeli, Pemkab Blitar Dianggap Tidak Tanggap

"Penting untuk diingat bahwa ini menyangkut masalah nyawa. Kami membawa korban ke RSUD Srengat sekitar pukul 07.00 WIB, tetapi baru mendapatkan penanganan sekitar pukul 14.00 WIB. Waktu penanganan yang sangat lama ini tentu memperburuk kondisi korban," ungkap salah satu saksi.

Sayangnya, meskipun telah dirujuk ke RSUD Kabupaten Kediri, nyawa K tidak dapat diselamatkan. Tragedi ini menimbulkan duka mendalam, tidak hanya bagi keluarga korban, tetapi juga masyarakat setempat yang mengecam keras tindakan kekerasan yang dilakukan oleh tenaga pendidik di sekolah tersebut.

Respons Pihak Berwenang dan Langkah Hukum

Kapolsek Ponggok, AKP Sujarwo, ketika dikonfirmasi oleh awak media, menyatakan bahwa kasus ini telah dilimpahkan ke Polres Blitar Kota untuk penanganan lebih lanjut. "Karena ini menyangkut anak di bawah umur, kasus ini sekarang berada di bawah penanganan Polres Blitar Kota," jelas AKP Sujarwo.

Sementara itu, pihak sekolah belum memberikan keterangan resmi terkait peristiwa tragis ini. Namun, berbagai pihak kini mendesak agar pelaku dihukum setimpal dengan perbuatannya, dan agar tindakan serupa tidak terulang lagi di lingkungan pendidikan.

Baca juga: Prestasi Gemilang Siswa Siswi SMAN1 Sutojayan, Bukti Nyata Predikat Sekolah Unggulan

Tragedi ini kembali memperparah catatan buruk dunia pendidikan di bawah naungan Kementerian Agama (Kemenag), khususnya di Kabupaten Blitar. Kasus ini bukanlah yang pertama kali terjadi di lingkungan pendidikan yang seharusnya menjadi tempat aman dan nyaman bagi siswa. Sebaliknya, lingkungan sekolah di wilayah tersebut justru kerap dibayangi oleh perilaku kekerasan, bullying, dan tindakan yang tidak manusiawi, yang membuat para siswa dan orang tua semakin waspada.

Tantangan dan Permasalahan Dunia Pendidikan di Bawah Naungan Kemenag

Kejadian di MTs Plus Al Mahmud ini menambah daftar panjang kasus kekerasan dan kematian siswa di lingkungan pendidikan yang dibawah naungan Kemenag. Berulangnya insiden serupa menunjukkan adanya masalah serius yang belum terselesaikan dalam hal pengawasan dan penegakan disiplin di lingkungan madrasah. Tidak adanya tindakan preventif dan minimnya pembenahan sistem pengajaran serta perilaku pendidik membuat berbagai kasus kekerasan terus terulang.

Kasus ini juga menyoroti permasalahan mendasar dalam penyediaan layanan kesehatan darurat di wilayah pedesaan. Keterlambatan penanganan medis terhadap korban menjadi salah satu faktor yang diduga memperburuk kondisi K. Hal ini seharusnya menjadi perhatian serius bagi pemerintah daerah dan pihak terkait agar fasilitas kesehatan di wilayah-wilayah tersebut dapat berfungsi dengan cepat dan efektif dalam situasi darurat.

Masyarakat dan pemerhati pendidikan kini menuntut adanya tindakan tegas dari Kemenag serta pihak berwenang untuk mencegah insiden serupa di masa mendatang. Sekolah, sebagai tempat bagi siswa untuk belajar dan berkembang, seharusnya menjadi tempat yang aman, bukan justru menjadi arena kekerasan yang berujung maut.(sms)

Editor : Zainul Arifin

Daerah
Trending Minggu Ini
Berita Terbaru